Kamis, 10 April 2014

Jono Said, "Can I"

pada suatu hari yang cerah hiduplah jono yang hebat, ia terlahir dari sebuah dedaunan yg gugur
itulah yang membuatnya memutuskan untuk tinggal di sebuah rumah kecil yang ada di atas pohon beringin




chapter 1 jono yang kesepian

angin mulai menghembus kencang, hujan perlahan turun rintik-rintik dan mulai membasahi kota tsulutuy,
yaaa memang aneh kedengaranya untuk sebuah nama kota, entah siapa dan mengapa menamakan dataran yang penuh dengan bangunan dan polusi ini dinamakan tsulutuy,
mungkin karena di kota ini banyak sekali makhluk aneh yang sangat kehausan, entah karena mereka tidak pernah puas atau faktor lainya

petir mulai menyambar-nyambar dengan cepatnya tetapi entah mengapa hanya pohon beringin yang menjadi tempat tinggal jono tidak terkena hujan sedikitpun, b
ahkan suasana di sekitar rumah pohon jono sangat tenang,layaknya gedung pencakar langit yang menjulang gagah tanpa kekhawatiran sedikitpun.
orang-orang yang melihat hal itu sudah merasa tidak aneh karena hal itu sudah menjadi lumrah untuk mereka,
jono sebagai penghuni rumah tersebut dengan santainya membaca koran sambil sesekali melihat dengan geli orang-orang yang kehujanan,
ada yang berlarian tak karuan layaknya di kejar kawanan hyena. ada juga yang menorobos hujan itu dengan motornya walaupun hal itu sia-sia
melihat ha itu jono berkata "hahaha kasian.. hujan itu nyuruh kalian neduh bukan nyuruh kalian buat maksain diri".....

hujan pun sudah reda, matahari mulai memancarkan sinarnya,
begitu pula orang-orang yang mulai melanjutkan aktifitasnya, tidak dengan jono yang mulai jenuh dengan kehidupanya sehari hari..

jono pun naik ke atas rumahnya dan mengambil teropong andalanya,
seperti biasa dia mengarahkan teronpong kekumpulan anak kecil yang sedang bermain di taman bersama teman-temanya sambil di awasi orang tuanya,
Lanjut dia mengubah haluan teropongnya ke arah anak-anak muda yang sedang bercanda tawa di sebuah warung kopi yg berspanduk "ngopi dulu euy"
dia melihat anak-anak muda itu saling tertawa terkadang mereka bermain gitar dan bernyanyi bersama.
setelah dia melihat kesegala arah tanpa sengaja dia mengarahkan teropong itu kesebuah gedung kaca yang tidak jauh dari rumah pohonya,
dia melihat dirinya sendiri diatas pohon berdiri lemah sambil menggunakan teropong,
tak lama kemudian dia merasakan kesepian semakin mendekam didirinya,
sampai akhirnya dia tidak bisa melihat lagi dengan teropong itu karena lensa teropong itu sudah basah oleh air matanya......


Originaly Created By @ceklek

1 komentar: