Jika cahaya-Nya lebih dari penembus cakrawala
Sedingin itukah kita yang tidak bisa merasakanya
Ataukah ego diatas segalanya membuat lubang tak berujung
Ditutupi retorika dan sedikit logika
Sikapmu bukan dari hatimu
Senyumu kebalikan dari hatimu
Hangat tidak terasa saat jabat
Bersama seolah kita namun berarti kami
Jika indah hanya untuk kita dengar
Dan olok hanya untuk kami dengar
Maka pantaslah gelap meliputi
Juga kosong penjelas hati
Wahai manusia hina
Yang berasal dari lubang yang hina
Mengapa kau terus berdusta
Bukankah jujur mengundang cahaya
Cahaya yang tidak memberi ragu
Lebih hangat dari bulan madu
Lebih tenang dari angin sendu
Lebih besar dari dunia semu
Malu rasanya dalam hati
Dalam artian merendah bukan meninggi
Seperti pujangga membahas padi
Karena cahaya-Nya lebih dekat dari mati
Namun kau lebih memilih gelap
Berjalan dengan membawa api
Dan kau tahu Dia Maha Meliputi
Kemanapun pergi kau tak bisa lari
Maka bertaubatlah wahai jiwa
Sesuaikanlah hati dengan kata
Aku tahu kau lebih rindu cahaya-Nya
Jika disamakan dengan teman fana
Hamba Allah.
Rahayu, Bandung,
25 Februari 2017